AKSI NYATA BUDAYA POSITIF
Oleh Mahatma Zat Akhdiyat, S.S, M.Pd
CGP Angkatan 4 Kab. Grobogan
1.1 Latar
Belakang
Kehidupan
di ruang kelas tidak pernah bersifat netral. Banyak Tarik ulur kepentingan yang
ikut membentuk organisme kehidupan bernama kelas. Sejarah pendidikan di
Indonesia menunjukkan orientasi pendidikan yang berubah-ubah dengan bermacam
kebijakannya. Salah satu yang menonjol ialah tujuan pendidikan sebagai usaha
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Akibatnya kecerdasan kognitif lebih menonjol
dan dipentingkan daripada kecerdasan emosional dan spiritiual. Ilmu sains lebih
diminati daripada ilmu sosial yang kerap menjadi jurusan buangan. Pendidikan
berjalan timpang di dalam dirinya sendiri. Murid mengalami kekacauan di dalam
dirinya karena sistem pendidikan tidak cukup memberi kesempatan untuknya mengenali
dan melihat keadaannya. Murid tidak penting, pelajaranlah yang penting.
Demi
mengejar kecepatan guru harus memerankan sebagai pemimpin pembelajaran yang
mengatur semuanya tanpa peduli keadaan murid. Cepat menentukan aturan tanpa
mengajak murid ikut menuliskan kebutuhan aturan untuk dirinya sendiri. Guru
menentukan bahan pembelajaran tanpa melihat kebutuhan, minat dan profil murid.
Guru memerintahkan menugaskan sebagai order tanpa harus memahami situasi murid.
Relasi guru dan murid bersifat hirarkis tidak setara. Tidak ada dialog, hanya
ada perintah. Semua demi kecepatan dan efisiensi yang ternyata di kemudian hari
disadari bahwa hal itu sama sekali tidak efisien. Murid bukanlah mesin tanpa
jiwa. Murid memiliki tenaga di dalam dirinya yang tidak hanya ragawi. Tenaga
yang bisa tersalur dengan motivasi. Murid butuh dilihat sebagai pribadi yang
unik dengan kodratnya. Tidak seharusnya di gebyah uyah digeneralisasi ‘tanpa
nama’.
Pengakuan
murid sebagai individu selayaknya jenis bibit yang berbeda-beda sehingga dengan
kekayaan keunikan yang disadari murid juga akan menjadi sosok yang sehat yang
nyaman dengan dirinya sendiri. Guru selayaknya petani bukanlah penguasa yang
bisa dan harus menyulap murid menjadi tenaga kerja siap pakai, menjadi mesin
perang yang canggih. Guru cukuplah menjaga ekosistem pendidikan yang sehat bagi
para muridnya. Ijinkan mereka menjalani kodratnya yang selalu lebih baik dan
indah daripada rencana sistem yang menyimpang dari keutuhan murid sebagai
manusia. Tidak lagi tumbuh dalam ekosistem yang chaos, yang saling bertabrakan
nilai-nilai di dalam dirinya.
“Sampailah
pendidikan Indonesia pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa
menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan.”
Guru
penggerak dikenalkan kepada Budaya positif yang mengakui keberadaan murid
sebagai sosok unik sesuai kodratinya. Sekolah dituntut untuk menyediakan
ekosistem yang sehat untuk persemaian, penanaman, penumbuhan, perawatan,
pemupukan agar maksimal tumbuhnya. Semangat kemerdekaan yang berarti swakelola,
independence, mandiri, berarti murid harus bisa mengenali dirinya sendiri tidak
lagi belajar karena order tapi karena kesdaran akan diri dan hidupnya. Murid
memiliki ruang dan kesempatan untuk merumuskan sendiri bagi dirinya apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Bagaimana mengelola waktu
tenaga ruang untuk bisa mencapai tujuan hidupnya secara optimal.
Kedisiplinan
bukan lagi sesuatu yang dipakaikan kepada murid tapi kesadaran yang dihayati
seorang murid, disebut disiplin positif dimana disiplin bukanlah tali kekang
ternak tapi motif internal. Guru berganti peran dari seorang penguasa menjadi
seorang pengelola. Posisi kontrol yang sering diperankan guru dengan menghukum
dan membuat murid merasa bersalah sudah waktunya segera ditinggalkan. Biarlah
peran itu dimainkan oleh murid sendiri, di dalam dirinya. Peserta didik yang
disiplin akan mampu bertanggung jawab terhadap semua perilaku dan tindakan yang
dilakukannya.
Guru
bersama sekolah dan pemangku kepentingan bertanggungjawab mengembangkan budaya
positif dalam pembelajaran agar dapat berkembang menjadi ekosistem
pembelajaran. Interaksi antara murid dengan guru, interaksi murid dengan teman
belajarnya apabila dirancang dengan baik akan menumbuhkan karakter warga
sekolah. Bagaimanakah caranya? Artikel yang ditulis adalah usaha merekam
pengalaman membangun budaya positif di dalam kelas dan sekolah yang telah saya
lakukan. Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan untuk para murid, rekan guru,
kepala sekolah, pengawas sekolah, pembimbing, yang bersama-sama menjadikan
kehidupan yang membahagiakan ini mewujud menjadi kenyataan.
1.2 Deskripsi
Aksi Nyata
1.Tujuan
Tujuan dari aksi nyata ini
antara lain:
a) Terwujudnya
visi sekolah melalui penerapan budaya positif.
b) Terbentuknya
karakter disiplin yang kuat.
c) Menumbuhkan
dan menguatkan karakter positif pembiasaan-pembiasaan positif.
d) Menumbuhkan
karakter profil pelajar Pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
e) Menguatkan
peran sebagai guru penggerak melalui penerapan segitiga restitusi dalam menanamkan
disiplin positif pada peserta didik.
2.
Tolak Ukur
Untuk
mengetahui sejauh mana ini sudah dilakukan dan guna mengontrol kegiatan supaya
tetap terarah pada tujuan yang telah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan
antara lain:
a) Terbentuknya
keyakinan kelas yang ditetapkan dan disepakati serta dijalankan bersama baik
peserta didik dan wali kelas.
b) Konsistensi
peserta didik dan wali kelas dalam menjalankan keyakinan kelas.
c) Minimal
75% peserta didik telah menunjukkan karakter positif yang kuat seperti:religius,
peduli, disiplin, toleransi, gotong royong, dan bertanggung jawab pada proses
pembelajaran maupun di luar KBM.
d) Munculnya
karakter berdaya nalar kritis pada proses pembelajaran yang terlihat dari
keaktifan peserta didik yang berani bertanya, berpendapat, dan menjawab
pertanyaan dari guru.
e) Dokumentasi
kegiatan pembentukan keyakinan kelas bersama peserta didik, wali kelas, teman
sejawat, proses kegiatan restitusi, kegiatan kolaborasi, dan sharing bersama
wali kelas bersama rekan sejawat serta hasil pengumpulan tugas.
3.
Linimasa Tindakan yang akan dilakukan
Adapun
rincian dari tindakan nyata yang akan dilakukan antara lain:
KEGIATAN
|
Minggu ke
|
1
|
2
|
3
|
4
|
a)Membuat perencanaan aksi
nyata dan mengkomunikasikan dengan kepala sekolah.
|
v
|
|
|
|
b)Melakukan revisi
perencanaan jika diperlukan sebagai hasil konsultasi dengan kepala sekolah.
|
v
|
|
|
|
c)Mengimbaskan materi budaya
positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada wali kelas dan rekan
sejawat.
|
v
|
|
|
|
d)melakukan kegiatan
pembentukan Keyakinan Kelas
|
v
|
|
|
|
e)Mendokumentasikan setiap
kegiatan.
|
v
|
v
|
v
|
v
|
f)Melakukan kolaborasi dan
sharing dengan wali kelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun
budaya positif di kelas.
|
|
v
|
|
|
g)Mengkomunikasikan dan
berkolaborasi dengan orang tua terkait penerapan disiplin positif di sekolah.
|
|
v
|
|
|
h)Melakukan layanan
Restitusi
|
|
v
|
|
|
i)Penerapan disiplin positif
|
|
v
|
v
|
v
|
j)Mengevaluasi dan
merefleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka budaya positif di
sekolah.
|
|
|
|
v
|
j)Melaporkan hasil kegiatan
tindakan aksi nyata kepada kepala sekolah dalam bentuk artikel.
|
|
|
|
v
|
4. Dukungan yang dibutuhkan
Untuk menjalankan tindakan aksi nyata ini
membutuhkan dukungan sebagai berikut:
a) Kepala
Sekolah dan rekan sejawat
b) Orang
tua dan Komite Sekolah
c) Peserta
Didik
d) Sarana
dan Prasarana sekolah yang memadai
e) Media
yang dibutuhkan
Terjalinnya
hubungan baik dan komunikasi yang efektif persuatif maka saya yakin akan
mendapatkan dukungan penuh dari kepala sekolah, rekan sejawat, orang tua
melalui komite sekolah, serta peserta didik, guna menjalankan aksi nyata dalam
rangka menumbuhkan budaya positif di sekolah. Adanya sarana dan prasarana akan
mendukung dan berkontribusi mewujudkan visi sekolah melalui penerapan budaya
positif.
1.3 Hasil
Aksi Nyata
Hasil
aksi nyata yang telah dilakukan antara lain:
1. Terbentuknya
keyakinan kelas yang dibuat dan disepakati oleh peserta didik dan wali kelas.
2. Menguatnya
karakter positif seperti peduli lingkungan yaitu terciptanya lingkungan yang
bersih dan kesadaran siswa membuang sampah sesuai tempatnya.
3. Menguatnya
karakter disiplin dilihat dari semua peserta didik hadir tepat waktu sehingga
tidak ada yang terlambat.
4. Menguatnya
karakter peduli kesehatan dan keselamatan dengan mematuhi protokol kesehatan
seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
5. Menguatnya
karakter bertanggung jawab terhadap tugas PTM dan daring dimana peserta didik
mengumpulkan tugas tepat waktu.
6. Menguatnya
karakter gotong royong yaitu semua peserta didik yang hadir PTM 100% sehingga
semua terlibat dalam kebersihan dan penataan kelas.
7. Menguatnya
karakter toleransi terhadap sesama ditunjukkan dengan saling menghargai dan
menghormati teman yang berbeda agama, suku dan gender.
8. Tumbuhnya
karakter berdaya nalar kritis ditunjukkan meningkatnya peserta didik yang aktif
bertanya, menjawab dan menyampaikan pendapat dari hari ke hari.
9. Adanya
poster keyakinan kelas yang dipajang di kelas.
10. Peserta
didik telah menjalankan 5S
1.4.
Pembelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan Aksi Nyata
Pembelajaran
yang diperoleh dari pelaksanaan Aksi Nyata dalam membangun budaya positif
antara lain:
1. Pentingnya
membuat keyakinan kelas untuk menumbuhkan motivasi internal diri peserta didik.
2. Adanya
dukungan dari berbagai pihak dan juga ketersediaan sarana prasarana yang berkontribusi
dalam usaha mengembangkan budaya disiplin positif.
3. Layanan
Restitusi dalam menyelesaikan permasalahan untuk memfokuskan peserta didik agar
belajar dari kesalahan, menuntun untuk melihat ke dalam diri, memperbaiki
hubungan, focus pada karakter dan solusi.
4. Untuk
menerapkan disiplin restitusi maka guru harus mampu memposisikan diri sebagai
manajer agar dapat membimbing peserta didik sehingga peserta didik mampu
mengevaluasi diri bagaimana menjadi diri sendiri yang lebih baik.
1.4 Rencana
Perbaikan Untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang
Guna
memperbaiki budaya positif yang ada di sekolah maka keyakinan kelas akan
dievaluasi setiap 6 bulan sekali. Apabila butir-butir keyakinan kelas telah
membudaya di sekolah maka akan diganti dengan item lain sehingga butir-butir
keyakinan kelas akan bertambah untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah.
Diperlukan koordinasi dan kolaborasi antara wali kelas, guru BK dan orang tua
agar penanaman budaya positif dapat terwujud, berkembang dan membudaya.
Dokumentasi Tindakan Aksi Nyata Budaya
Positif
1. Komunikasi
perencanaan tindakan dan revisi perencanaan kepada Kepala sekolah.
Diskusi bersama Kepala Sekolah tentang rencana aksi nyata
2. Komunikasi
dengan wali kelas dan rekan sejawat tentang tindakan aksi nyata.
Diskusi dengan wali kelas dan
rekan sejawat tentang keyakinan kelas dan restitusi
3. Pembentukan
kesepakatan atas Keyakinan Kelas
Siswa kelas XII.IPS menuliskan
keyakinan kelas secara bergantian
4. Kolaborasi
dan sharing dengan wali kelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun
budaya positif di kelas.
Kolaborasi dan sharing bersama
wali kelas
5. Melakukan
layanan Restitusi
Pelayanan restitusi terhadap anak yang bermasalah
6. Penerapan
disiplin positif
a. Menjaga
Kebersihan
Bersih-bersih taman kelas
Menyapu lantai kelas
b. Budaya
disiplin
Budaya antre di perpustakaan
c. Budaya
membaca
Budaya baca 15 menit sebelum PTM dari koleksi etalase kelas
XI
d. Budaya
Gotong Royong
Kegiatan gotong royong jumat bersih
e. Budaya
hidup sehat
Kegiatan membersihkan kelas
7. Evaluasi
dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan budaya
positif di sekolah.
8. Wujud
aksi nyata
Bergerak
dalam gelar karya pertunjukan