Filosofi
Pendidikan
Dasar Dari Memimpin
Pembelajaran
Oleh: Mahatma
Zat Akhdiyat
Program guru
penggerak merupakan program yang mengenalkan kemerdekaan belajar, yang mendasarkan
kepada filosofi pembelajaran Ki Hajar Dewantara. Sistem among dalam filosofi
pendidikan Ki Hajar Dewantara mensyaratkan keberpihakan kepada murid, guru
berperan untuk among kebutuhan murid. Sistem among tersebut tampak pada patrap
(sikap) triloka: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani. Tiga sikap yang menjadi panduan setiap guru dalam memposisikan diri
saat berinteraksi dengan murid, rekan dan unsur-unsur yang ada dalam ekosistem
pendidikan. Sistem among hanya bisa berjalan dengan baik jika murid kenal dan
tahu nilai utama dalam kehidupan, dan pengetahuan itu mendorong mereka memiliki
kehendak atas hidupnya.
Setiap
interaksi mensyaratkan kemampuan memilih dan kemampuan memahami konsekuensi
pilihan tersebut, itulah kualitas pemimpin pembelajaran. Nilai-nilai yang kita
hayati dan tiga prinsip yang kita anut dalam mengambil suatu keputusan dapat
memberikan dampak baik pada lingkungan kita saat bisa menampung kepentingan seluruh
ekosistem dan diputuskan dengan paradigma yang dewasa, serta diputuskan dengan
alur berfikir yang runtut. Diharapkan keputusan yang kita ambil akan menjadi
keputusan yang adil.
Sebagai seorang
pemimpin pembelajaran setiap kita dapat berkontribusi pada proses pembelajaran
murid, dalam pengambilan keputusan yang berpihak kepada murid. Pendidikan
dengan mengatasnamakan pemenuhan lapangan kerja tidak boleh lagi memaksa murid
melayani kebutuhan industrialisasi. Justru yang utama adalah menjadikan murid
sebagai sosok yang utuh sebagai manusia, yang mana tidak lagi dituntut melaksanakan
kerja mekanis namun sudah seharusnya juga mendidik murid agar bisa melakukan
keputusan-keputusan untuk hidupnya. Hal ini perlu dibiasakan dan lingkungan
pendidikan menjadi tempat pembiasaan bersama yang efektif.
Saya telah
mendapatkan banyak hal menarik dari mengikuti program guru penggerak.. beberapa
hal sama sekali baru beberapa hal telah saya tahu sebelumnya dan beberapa hal
telah menjadi kebiasaan saya dalam bekerja dan melakukan proses pembelajaran.
Salah satu perubahan mendasar yang terjadi dari kurikulum 2013 ke kurikulum
merdeka belajar salah satunya adalah perubahan pada proses pembelajaran yang
berorientasi kepada Project based learning (PBL).
Di dalam proses
pertunjukan teater yang saya lakukan bersama murid, saya bedakan bentuk latihan
menjadi 3 jenis yang sekaligus adalah urutan latihan yang saya terapkan yaitu
latihan dasar, latihan teknik dan latihan garap. Di dalam pelaksanaan kurikulum
merdeka belajar menurut saya sama halnya jika saya melakukan latihan garap,
dimana proses pembelajaran dilakukan
dalam rangka menghasilkan sebuah produk seni. Pilihan ini menurut saya sudah
tepat, karena dalam proses latihan teater murid-murid juga lebih antusias lebih
mudah belajar dan mendapatkan leibh banyak pembelajaran ketika mereka menjalani
latihan proses garap daripada latihan dasar dan teknik.
Salah satu cara
memulai penerapan pengetahuan yang saya dapatkan dari program guru penggerak
adalah menjadikan kegiatan pembelajaran di sekolah berorientasi kepada produk.
Setiap pembelajaran dirancang untuk bisa menghasilkan produk baik secara mandiri maupun bersama dengan mata
pelajaran yang lain, guru berkolaborasi dalam team teaching. Saya yakin dengan
lahirnya produk dari proses pembelajaran akan semakin meningkatkan motivasi
belajar anak yang tumbuh dari dalam dirinya.
Untuk
mentransfer pengetahuan kepada rekan-rekan kerja akan lebih mudah jika saya
telah melakukan aksi nyata dan menunjukkan betapa menyenangkan dan mendalamnya
pembelajaran jika diterapkan dengan kurikulum merdeka belajar. Tidak akan mudah
mendorong terjadinya perubahan, namun kesulitan-kesulitan akan semakin mendesak
kita jika tidak mau berubah, dan mengejar ketertinggalan.
Langkah-langkah
awal yang akan saya lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan
pemimpin pembelajaran adalah melakukan pemetaan baik pada murid, berhubungan
dengan kecenderungan belajar, orientasi belajar, motivasi, hambatan belajar,
minat. Pemetaan pada guru dengan potensi yang dimilikinya. Pemetaan terhadap
potensi sekolah dan lingkungan serta konteks budaya masyarakat dimana sekolah
berada. Mengetahui peta dari seluruh ekosistem sekolah menjadi dasar
pengambilan langkah berikutnya dalam menata dan mengelola serta berproses
menumbuhkembangkan
Memahami peta dan mengelolanya dalam
pelaksanaan program sekolah dengan mengakomodir kepentingan seluruh bagian
ekosistem sekolah akan meminalisir terjadinya konflik dan dilema etika. Selain
pemetaan dan pengelolaan kepentingan juga dibutuhkan kesepakatan-kesepakatan
bersama seluruh unsur dalam ekosistem. Kesepakatan menajdi salah satu instrumen
pencegahan terjadinya benturan dan dilema etika.
Keputusan seorang pemimpin pembelajaran
tidak selalu efektif maka dibutuhkan peran kontrol yang bisa terjadi secara
wajar dalam lingkungan ekosistem yang sehat. Memelihara kesehatan sebuah
lingkungan kerja seringkali dibutuhkan komunikasi yang efektif baik secara
organisasional maupunkomunikasi pribadi. Membangun sarana komunikasi seperti
adanya ruang nonformal untuk mencairkan hubungan dan ruang formal untuk
memperkuat hubungan adalah salah satu yang akan saya lakukan sebagai pemimpin
pembelajaran. Komunikasi yang sehat memungkinkan rekan-rekan kerja akan
menjalankan peran fungsi kontrol dengan baik. Selain dari rekan kerja fungsi
kontrol juga bisa diperankan oleh rekan-rekan GP dalam komunitas praktisi. Dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran saya akan membutuhkan pendamping yang memiliki paradigma yang sama
tentang Merdeka belajar ialah teman CGP saya. Mereka akan menjadi teman diskusi
untuk menentukan apakah langkah-langkah yang saya ambil telah tepat dan
efektif. Teman-teman CGP akan menjadi komunitas praktisi yang akan menjadi
pendukung dan penguat serta pengingat.
Saya telah memulai
menerapkan langkah-langkah sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dan saat ini
sudah mulai saya lakukan sesuai dengan wewenang yang ada sebagai Wakil Kepala
Sekolah bidang Humas. Saya telah memiliki tradisi pemetaan siswa sejak sebelum
terlibat dalam program guru penggerak. Saya sudah membiasakan diri dalam
pembelajaran berorientasi pada produk (PBL). Saya telah terlibat dalam beberapa
kegiatan budaya di lingkungan Kabupaten dalam rangka pelestarian budaya. Saat
ini saya bersama beberapa murid mengerjakan proyek FILM pendek dengan mengusung
tema anti radikalisme, Pelajar Pancasila, Merdeka Belajar. Proses pembuatan
film selain siswa belajar terhadap materi yang ada secara kognitif serta menghayati
nilai-nilai yang ada, mereka juga belajar merangkai pengetahuannya menjadi
suatu narasi yang bisa tersampaikan kepada orang lain. Bersama murid-murid
penyuka musik saya telah menghasilkan satu karya lagu berjudul Pelajar
Pancasila yang berisikan Enam Profil Pelajar Pancasila dengan maknanya.
Kehidupan dengan bermacam pilihannya
yang semakin berkembang membutuhkan kemampuan murid memutuskan dan menerima
konsekuensi. Murid yang terbiasa terlibat dalam proses produksi (PBL) mereka
akan menjadi insan yang lebih berani mengambil resiko, lebih sehat secara
mental dan lebih dewasa dalam menjalani proses hidupnya.
Keseluruhan modul yang telah saya
pelajari dalam program CGP merupakan rangkaian gagasan yang runtut. Setiap mata
pelajaran menjadi mata rantai yang terkait dengan mata ajar lainnya. Setiap materi
baru saya merasa bisa melihat lebih utuh konsep dan gagasan merdeka belajar dan
saya merasa beruntung terlibat di dalamnya.