Selasa, 26 April 2022

 

Filosofi Pendidikan

Dasar Dari Memimpin Pembelajaran

Oleh: Mahatma Zat Akhdiyat

 

 

Program guru penggerak merupakan program yang mengenalkan kemerdekaan belajar, yang mendasarkan kepada filosofi pembelajaran Ki Hajar Dewantara. Sistem among dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara mensyaratkan keberpihakan kepada murid, guru berperan untuk among kebutuhan murid. Sistem among tersebut tampak pada patrap (sikap) triloka: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Tiga sikap yang menjadi panduan setiap guru dalam memposisikan diri saat berinteraksi dengan murid, rekan dan unsur-unsur yang ada dalam ekosistem pendidikan. Sistem among hanya bisa berjalan dengan baik jika murid kenal dan tahu nilai utama dalam kehidupan, dan pengetahuan itu mendorong mereka memiliki kehendak atas hidupnya.

Setiap interaksi mensyaratkan kemampuan memilih dan kemampuan memahami konsekuensi pilihan tersebut, itulah kualitas pemimpin pembelajaran. Nilai-nilai yang kita hayati dan tiga prinsip yang kita anut dalam mengambil suatu keputusan dapat memberikan dampak baik pada lingkungan kita saat bisa menampung kepentingan seluruh ekosistem dan diputuskan dengan paradigma yang dewasa, serta diputuskan dengan alur berfikir yang runtut. Diharapkan keputusan yang kita ambil akan menjadi keputusan yang adil.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran setiap kita dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan yang berpihak kepada murid. Pendidikan dengan mengatasnamakan pemenuhan lapangan kerja tidak boleh lagi memaksa murid melayani kebutuhan industrialisasi. Justru yang utama adalah menjadikan murid sebagai sosok yang utuh sebagai manusia, yang mana tidak lagi dituntut melaksanakan kerja mekanis namun sudah seharusnya juga mendidik murid agar bisa melakukan keputusan-keputusan untuk hidupnya. Hal ini perlu dibiasakan dan lingkungan pendidikan menjadi tempat pembiasaan bersama yang efektif.

Saya telah mendapatkan banyak hal menarik dari mengikuti program guru penggerak.. beberapa hal sama sekali baru beberapa hal telah saya tahu sebelumnya dan beberapa hal telah menjadi kebiasaan saya dalam bekerja dan melakukan proses pembelajaran. Salah satu perubahan mendasar yang terjadi dari kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka belajar salah satunya adalah perubahan pada proses pembelajaran yang berorientasi kepada Project based learning (PBL).

Di dalam proses pertunjukan teater yang saya lakukan bersama murid, saya bedakan bentuk latihan menjadi 3 jenis yang sekaligus adalah urutan latihan yang saya terapkan yaitu latihan dasar, latihan teknik dan latihan garap. Di dalam pelaksanaan kurikulum merdeka belajar menurut saya sama halnya jika saya melakukan latihan garap, dimana  proses pembelajaran dilakukan dalam rangka menghasilkan sebuah produk seni. Pilihan ini menurut saya sudah tepat, karena dalam proses latihan teater murid-murid juga lebih antusias lebih mudah belajar dan mendapatkan leibh banyak pembelajaran ketika mereka menjalani latihan proses garap daripada latihan dasar dan teknik.

Salah satu cara memulai penerapan pengetahuan yang saya dapatkan dari program guru penggerak adalah menjadikan kegiatan pembelajaran di sekolah berorientasi kepada produk. Setiap pembelajaran dirancang untuk bisa menghasilkan produk baik  secara mandiri maupun bersama dengan mata pelajaran yang lain, guru berkolaborasi dalam team teaching. Saya yakin dengan lahirnya produk dari proses pembelajaran akan semakin meningkatkan motivasi belajar anak yang tumbuh dari dalam dirinya.

Untuk mentransfer pengetahuan kepada rekan-rekan kerja akan lebih mudah jika saya telah melakukan aksi nyata dan menunjukkan betapa menyenangkan dan mendalamnya pembelajaran jika diterapkan dengan kurikulum merdeka belajar. Tidak akan mudah mendorong terjadinya perubahan, namun kesulitan-kesulitan akan semakin mendesak kita jika tidak mau berubah, dan mengejar ketertinggalan.

Langkah-langkah awal yang akan saya lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran adalah melakukan pemetaan baik pada murid, berhubungan dengan kecenderungan belajar, orientasi belajar, motivasi, hambatan belajar, minat. Pemetaan pada guru dengan potensi yang dimilikinya. Pemetaan terhadap potensi sekolah dan lingkungan serta konteks budaya masyarakat dimana sekolah berada. Mengetahui peta dari seluruh ekosistem sekolah menjadi dasar pengambilan langkah berikutnya dalam menata dan mengelola serta berproses menumbuhkembangkan

Memahami peta dan mengelolanya dalam pelaksanaan program sekolah dengan mengakomodir kepentingan seluruh bagian ekosistem sekolah akan meminalisir terjadinya konflik dan dilema etika. Selain pemetaan dan pengelolaan kepentingan juga dibutuhkan kesepakatan-kesepakatan bersama seluruh unsur dalam ekosistem. Kesepakatan menajdi salah satu instrumen pencegahan terjadinya benturan dan dilema etika.

Keputusan seorang pemimpin pembelajaran tidak selalu efektif maka dibutuhkan peran kontrol yang bisa terjadi secara wajar dalam lingkungan ekosistem yang sehat. Memelihara kesehatan sebuah lingkungan kerja seringkali dibutuhkan komunikasi yang efektif baik secara organisasional maupunkomunikasi pribadi. Membangun sarana komunikasi seperti adanya ruang nonformal untuk mencairkan hubungan dan ruang formal untuk memperkuat hubungan adalah salah satu yang akan saya lakukan sebagai pemimpin pembelajaran. Komunikasi yang sehat memungkinkan rekan-rekan kerja akan menjalankan peran fungsi kontrol dengan baik. Selain dari rekan kerja fungsi kontrol juga bisa diperankan oleh rekan-rekan GP dalam komunitas praktisi. Dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran saya akan membutuhkan pendamping yang memiliki paradigma yang sama tentang Merdeka belajar ialah teman CGP saya. Mereka akan menjadi teman diskusi untuk menentukan apakah langkah-langkah yang saya ambil telah tepat dan efektif. Teman-teman CGP akan menjadi komunitas praktisi yang akan menjadi pendukung dan penguat serta pengingat.

Saya telah memulai menerapkan langkah-langkah sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dan saat ini sudah mulai saya lakukan sesuai dengan wewenang yang ada sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Humas. Saya telah memiliki tradisi pemetaan siswa sejak sebelum terlibat dalam program guru penggerak. Saya sudah membiasakan diri dalam pembelajaran berorientasi pada produk (PBL). Saya telah terlibat dalam beberapa kegiatan budaya di lingkungan Kabupaten dalam rangka pelestarian budaya. Saat ini saya bersama beberapa murid mengerjakan proyek FILM pendek dengan mengusung tema anti radikalisme, Pelajar Pancasila, Merdeka Belajar. Proses pembuatan film selain siswa belajar terhadap materi yang ada secara kognitif serta menghayati nilai-nilai yang ada, mereka juga belajar merangkai pengetahuannya menjadi suatu narasi yang bisa tersampaikan kepada orang lain. Bersama murid-murid penyuka musik saya telah menghasilkan satu karya lagu berjudul Pelajar Pancasila yang berisikan Enam Profil Pelajar Pancasila dengan maknanya.

Kehidupan dengan bermacam pilihannya yang semakin berkembang membutuhkan kemampuan murid memutuskan dan menerima konsekuensi. Murid yang terbiasa terlibat dalam proses produksi (PBL) mereka akan menjadi insan yang lebih berani mengambil resiko, lebih sehat secara mental dan lebih dewasa dalam menjalani proses hidupnya.

Keseluruhan modul yang telah saya pelajari dalam program CGP merupakan rangkaian gagasan yang runtut. Setiap mata pelajaran menjadi mata rantai yang terkait dengan mata ajar lainnya. Setiap materi baru saya merasa bisa melihat lebih utuh konsep dan gagasan merdeka belajar dan saya merasa beruntung terlibat di dalamnya.