Kamis, 10 Februari 2022

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

Oleh Mahatma Zat Akhdiyat, S.S, M.Pd

CGP Angkatan 4 Kab. Grobogan

 

1.1  Latar Belakang

Kehidupan di ruang kelas tidak pernah bersifat netral. Banyak Tarik ulur kepentingan yang ikut membentuk organisme kehidupan bernama kelas. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan orientasi pendidikan yang berubah-ubah dengan bermacam kebijakannya. Salah satu yang menonjol ialah tujuan pendidikan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Akibatnya kecerdasan kognitif lebih menonjol dan dipentingkan daripada kecerdasan emosional dan spiritiual. Ilmu sains lebih diminati daripada ilmu sosial yang kerap menjadi jurusan buangan. Pendidikan berjalan timpang di dalam dirinya sendiri. Murid mengalami kekacauan di dalam dirinya karena sistem pendidikan tidak cukup memberi kesempatan untuknya mengenali dan melihat keadaannya. Murid tidak penting, pelajaranlah yang penting.

Demi mengejar kecepatan guru harus memerankan sebagai pemimpin pembelajaran yang mengatur semuanya tanpa peduli keadaan murid. Cepat menentukan aturan tanpa mengajak murid ikut menuliskan kebutuhan aturan untuk dirinya sendiri. Guru menentukan bahan pembelajaran tanpa melihat kebutuhan, minat dan profil murid. Guru memerintahkan menugaskan sebagai order tanpa harus memahami situasi murid. Relasi guru dan murid bersifat hirarkis tidak setara. Tidak ada dialog, hanya ada perintah. Semua demi kecepatan dan efisiensi yang ternyata di kemudian hari disadari bahwa hal itu sama sekali tidak efisien. Murid bukanlah mesin tanpa jiwa. Murid memiliki tenaga di dalam dirinya yang tidak hanya ragawi. Tenaga yang bisa tersalur dengan motivasi. Murid butuh dilihat sebagai pribadi yang unik dengan kodratnya. Tidak seharusnya di gebyah uyah digeneralisasi ‘tanpa nama’.

Pengakuan murid sebagai individu selayaknya jenis bibit yang berbeda-beda sehingga dengan kekayaan keunikan yang disadari murid juga akan menjadi sosok yang sehat yang nyaman dengan dirinya sendiri. Guru selayaknya petani bukanlah penguasa yang bisa dan harus menyulap murid menjadi tenaga kerja siap pakai, menjadi mesin perang yang canggih. Guru cukuplah menjaga ekosistem pendidikan yang sehat bagi para muridnya. Ijinkan mereka menjalani kodratnya yang selalu lebih baik dan indah daripada rencana sistem yang menyimpang dari keutuhan murid sebagai manusia. Tidak lagi tumbuh dalam ekosistem yang chaos, yang saling bertabrakan nilai-nilai di dalam dirinya.

“Sampailah pendidikan Indonesia pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan.”

Guru penggerak dikenalkan kepada Budaya positif yang mengakui keberadaan murid sebagai sosok unik sesuai kodratinya. Sekolah dituntut untuk menyediakan ekosistem yang sehat untuk persemaian, penanaman, penumbuhan, perawatan, pemupukan agar maksimal tumbuhnya. Semangat kemerdekaan yang berarti swakelola, independence, mandiri, berarti murid harus bisa mengenali dirinya sendiri tidak lagi belajar karena order tapi karena kesdaran akan diri dan hidupnya. Murid memiliki ruang dan kesempatan untuk merumuskan sendiri bagi dirinya apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Bagaimana mengelola waktu tenaga ruang untuk bisa mencapai tujuan hidupnya secara optimal.  

Kedisiplinan bukan lagi sesuatu yang dipakaikan kepada murid tapi kesadaran yang dihayati seorang murid, disebut disiplin positif dimana disiplin bukanlah tali kekang ternak tapi motif internal. Guru berganti peran dari seorang penguasa menjadi seorang pengelola. Posisi kontrol yang sering diperankan guru dengan menghukum dan membuat murid merasa bersalah sudah waktunya segera ditinggalkan. Biarlah peran itu dimainkan oleh murid sendiri, di dalam dirinya. Peserta didik yang disiplin akan mampu bertanggung jawab terhadap semua perilaku dan tindakan yang dilakukannya.

Guru bersama sekolah dan pemangku kepentingan bertanggungjawab mengembangkan budaya positif dalam pembelajaran agar dapat berkembang menjadi ekosistem pembelajaran. Interaksi antara murid dengan guru, interaksi murid dengan teman belajarnya apabila dirancang dengan baik akan menumbuhkan karakter warga sekolah. Bagaimanakah caranya? Artikel yang ditulis adalah usaha merekam pengalaman membangun budaya positif di dalam kelas dan sekolah yang telah saya lakukan. Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan untuk para murid, rekan guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, pembimbing, yang bersama-sama menjadikan kehidupan yang membahagiakan ini mewujud menjadi kenyataan.

 

 

1.2  Deskripsi Aksi Nyata

1.Tujuan

Tujuan dari aksi nyata ini antara lain:

a)    Terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif.

b)    Terbentuknya karakter disiplin yang kuat.

c)    Menumbuhkan dan menguatkan karakter positif pembiasaan-pembiasaan positif.

d)    Menumbuhkan karakter profil pelajar Pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

e)    Menguatkan peran sebagai guru penggerak melalui penerapan segitiga restitusi dalam menanamkan disiplin positif pada peserta didik.

 

2. Tolak Ukur

Untuk mengetahui sejauh mana ini sudah dilakukan dan guna mengontrol kegiatan supaya tetap terarah pada tujuan yang telah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan antara lain:

a)    Terbentuknya keyakinan kelas yang ditetapkan dan disepakati serta dijalankan bersama baik peserta didik dan wali kelas.

b)    Konsistensi peserta didik dan wali kelas dalam menjalankan keyakinan kelas.

c)    Minimal 75% peserta didik telah menunjukkan karakter positif yang kuat seperti:religius, peduli, disiplin, toleransi, gotong royong, dan bertanggung jawab pada proses pembelajaran maupun di luar KBM.

d)    Munculnya karakter berdaya nalar kritis pada proses pembelajaran yang terlihat dari keaktifan peserta didik yang berani bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan dari guru.

e)    Dokumentasi kegiatan pembentukan keyakinan kelas bersama peserta didik, wali kelas, teman sejawat, proses kegiatan restitusi, kegiatan kolaborasi, dan sharing bersama wali kelas bersama rekan sejawat serta hasil pengumpulan tugas.

 

 

 

 

3. Linimasa Tindakan yang akan dilakukan

Adapun rincian dari tindakan nyata yang akan dilakukan antara lain:

KEGIATAN

Minggu ke

1

2

3

4

a)Membuat perencanaan aksi nyata dan mengkomunikasikan dengan kepala sekolah.

v

 

 

 

b)Melakukan revisi perencanaan jika diperlukan sebagai hasil konsultasi dengan kepala sekolah.

v

 

 

 

c)Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada wali kelas dan rekan sejawat.

v

 

 

 

d)melakukan kegiatan pembentukan Keyakinan Kelas

v

 

 

 

e)Mendokumentasikan setiap kegiatan.

v

v

v

v

f)Melakukan kolaborasi dan sharing dengan wali kelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.

 

v

 

 

g)Mengkomunikasikan dan berkolaborasi dengan orang tua terkait penerapan disiplin positif di sekolah.

 

v

 

 

h)Melakukan layanan Restitusi

 

v

 

 

i)Penerapan disiplin positif

 

v

v

v

j)Mengevaluasi dan merefleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka budaya positif di sekolah.

 

 

 

v

j)Melaporkan hasil kegiatan tindakan aksi nyata kepada kepala sekolah dalam bentuk artikel.

 

 

 

v

 

 

4. Dukungan yang dibutuhkan

Untuk menjalankan tindakan aksi nyata ini membutuhkan dukungan sebagai berikut:

a)    Kepala Sekolah dan rekan sejawat

b)    Orang tua dan Komite Sekolah

c)    Peserta Didik

d)    Sarana dan Prasarana sekolah yang memadai

e)    Media yang dibutuhkan

Terjalinnya hubungan baik dan komunikasi yang efektif persuatif maka saya yakin akan mendapatkan dukungan penuh dari kepala sekolah, rekan sejawat, orang tua melalui komite sekolah, serta peserta didik, guna menjalankan aksi nyata dalam rangka menumbuhkan budaya positif di sekolah. Adanya sarana dan prasarana akan mendukung dan berkontribusi mewujudkan visi sekolah melalui penerapan budaya positif.

1.3  Hasil Aksi Nyata

Hasil aksi nyata yang telah dilakukan antara lain:

1.    Terbentuknya keyakinan kelas yang dibuat dan disepakati oleh peserta didik dan wali kelas.

2.    Menguatnya karakter positif seperti peduli lingkungan yaitu terciptanya lingkungan yang bersih dan kesadaran siswa membuang sampah sesuai tempatnya.

3.    Menguatnya karakter disiplin dilihat dari semua peserta didik hadir tepat waktu sehingga tidak ada yang terlambat.

4.    Menguatnya karakter peduli kesehatan dan keselamatan dengan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

5.    Menguatnya karakter bertanggung jawab terhadap tugas PTM dan daring dimana peserta didik mengumpulkan tugas tepat waktu.

6.    Menguatnya karakter gotong royong yaitu semua peserta didik yang hadir PTM 100% sehingga semua terlibat dalam kebersihan dan penataan kelas.

7.    Menguatnya karakter toleransi terhadap sesama ditunjukkan dengan saling menghargai dan menghormati teman yang berbeda agama, suku dan gender.

8.    Tumbuhnya karakter berdaya nalar kritis ditunjukkan meningkatnya peserta didik yang aktif bertanya, menjawab dan menyampaikan pendapat dari hari ke hari.

9.    Adanya poster keyakinan kelas yang dipajang di kelas.

10. Peserta didik telah menjalankan 5S

 

 

 

1.4. Pembelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan Aksi Nyata

Pembelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan Aksi Nyata dalam membangun budaya positif antara lain:

1.    Pentingnya membuat keyakinan kelas untuk menumbuhkan motivasi internal diri peserta didik.

2.    Adanya dukungan dari berbagai pihak dan juga ketersediaan sarana prasarana yang berkontribusi dalam usaha mengembangkan budaya disiplin positif.

3.    Layanan Restitusi dalam menyelesaikan permasalahan untuk memfokuskan peserta didik agar belajar dari kesalahan, menuntun untuk melihat ke dalam diri, memperbaiki hubungan, focus pada karakter dan solusi.

4.    Untuk menerapkan disiplin restitusi maka guru harus mampu memposisikan diri sebagai manajer agar dapat membimbing peserta didik sehingga peserta didik mampu mengevaluasi diri bagaimana menjadi diri sendiri yang lebih baik.

1.4  Rencana Perbaikan Untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang

Guna memperbaiki budaya positif yang ada di sekolah maka keyakinan kelas akan dievaluasi setiap 6 bulan sekali. Apabila butir-butir keyakinan kelas telah membudaya di sekolah maka akan diganti dengan item lain sehingga butir-butir keyakinan kelas akan bertambah untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah. Diperlukan koordinasi dan kolaborasi antara wali kelas, guru BK dan orang tua agar penanaman budaya positif dapat terwujud, berkembang dan membudaya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dokumentasi Tindakan Aksi Nyata Budaya Positif

1.    Komunikasi perencanaan tindakan dan revisi perencanaan kepada Kepala sekolah.


Diskusi bersama Kepala Sekolah tentang rencana aksi nyata

 

2.    Komunikasi dengan wali kelas dan rekan sejawat tentang tindakan aksi nyata.

 

Diskusi dengan wali kelas dan rekan sejawat tentang keyakinan kelas dan restitusi

 

3.    Pembentukan kesepakatan atas Keyakinan Kelas

Siswa kelas XII.IPS menuliskan keyakinan kelas secara bergantian

 

4.    Kolaborasi dan sharing dengan wali kelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.

Kolaborasi dan sharing bersama wali kelas

 

5.    Melakukan layanan Restitusi

           Pelayanan restitusi terhadap anak yang bermasalah

 

6.    Penerapan disiplin positif

a.    Menjaga Kebersihan

Bersih-bersih taman kelas

 

Menyapu lantai kelas

b.    Budaya disiplin

Budaya antre di perpustakaan

c.    Budaya membaca

Budaya baca 15 menit sebelum PTM dari koleksi etalase kelas XI

d.    Budaya Gotong Royong

Kegiatan gotong royong jumat bersih

e.    Budaya hidup sehat

 

Kegiatan membersihkan kelas

 

7.    Evaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan budaya positif di sekolah.

 

 

 

 

8.    Wujud aksi nyata

Bergerak dalam gelar karya pertunjukan